Tuesday, May 25, 2010

Geisha-Selalu salah

Dulu memang kita saling bersama
Ku mengira tulus dalam kata
Tapi kini kamu memang berbeda
Ku terluka untuk selamanya
Caramu yang membuat diriku jauh
Kecewa di dalam hatiku

Ku tak mengerti cinta
Indahnya hanya di awal ku rasa
Mengapa kau benarDan aku selalu salah
Kini memang kita saling berpisah
Ku merasa sesal dalam kataTapi kini kamu memang bersalah
Kau berubah untuk selamanya
Sifatmu yang membuat diriku jenuh
Mendua di balik mataku

Ku tak mengerti dia
Cinta ini bukan hanya kau yang rasa
Ternyata dia bukanlah pujaan dalam hatiku

Ku tak mengerti cinta…





(hmmm...I like it!!)

Gejala Autisme

Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka.
Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.
Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu
Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa diantaranya ada yang tidak ‘berbicara’ sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya.
Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :
Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu
Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme.


Sumber: www.wikipedia.com

down sindrom-II

Down syndrome, atau sindrom Down (terutama di Inggris Raya), trisomi 21, atau trisomi G, adalah suatu kelainan kromosom yang disebabkan oleh kehadiran semua atau bagian dari ekstra kromosom 21. Hal ini dinamai John Langdon Down, yang Inggris dokter yang menggambarkan sindrom pada tahun 1866. Gangguan diidentifikasi sebagai seorang kromosom 21 trisomi oleh Jérôme Lejeune pada tahun 1959. Kondisi ini ditandai oleh kombinasi perbedaan besar dan kecil dalam struktur. Sindrom Down sering dikaitkan dengan beberapa gangguan kognitif dan kemampuan pertumbuhan fisik, dan set tertentu karakteristik wajah. Sindrom Down pada janin dapat diidentifikasi dengan amniosentesis selama kehamilan, atau pada bayi saat lahir. Individu dengan sindrom Down cenderung lebih rendah daripada rata-rata kemampuan kognitif, sering mulai dari ringan hingga sedang cacat pertumbuhan. Sejumlah kecil telah parah untuk mendalam cacat mental. Yang insiden sindrom Down diperkirakan 1 per 800 hingga 1.000 kelahiran, meskipun secara statistik lebih umum dengan ibu yang lebih tua.
Banyak ciri-ciri fisik umum sindrom Down juga dapat muncul pada orang dengan standar set kromosom, termasuk
microgenia (dagu kecil yang abnormal) [3], wajah bulat yang luar biasa, macroglossia [4] (menonjol atau besar lidah), sebuah almond bentuk untuk mata disebabkan oleh epicanthic lipat dari kelopak mata, upslanting palpebral celah (pemisahan antara kelopak mata atas dan bawah), kaki pendek, sebuah lipatan palmar tunggal melintang (bukan satu lipatan ganda di salah satu atau kedua telapak tangan, Simian juga disebut lipatan), otot miskin, dan yang lebih besar dari biasanya ruang antara besar dan kedua jari kaki.Masalah kesehatan bagi individu-individu dengan sindrom Down termasuk risiko yang lebih tinggi untuk cacat jantung kongenital, penyakit refluks gastroesophageal, berulang infeksi telinga, apnea tidur obstruktif, dan tiroid disfungsi.
Intervensi anak usia dini, penyaringan untuk masalah umum, perawatan medis di tempat yang ditentukan, lingkungan keluarga yang kondusif, dan pelatihan kejuruan dapat meningkatkan perkembangan keseluruhan anak-anak dengan sindrom Down.Meskipun beberapa keterbatasan genetik fisik sindrom Down tidak dapat diatasi, pendidikan dan perawatan yang tepat akan meningkatkan kualitas hidup.
Sumber: www.wikipedia.com

Sindrom Asperger

Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita.Anak SA juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme.
Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya.

Mereka biasanya terobsesi dengan kuat pada suatu benda/subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti.Kebanyakan anak SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran disekolah.

Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila mereka telah mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar peraturan tersebut. Misalnya : harus berhenti bila lampu lalu lintas kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.Dalam interaksi sosial juga mereka mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan tidak bisa melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. “Ibu, lihat, bapak itu kepalanya botak dan hidungnya besar ”). Kalau diberi tahu bahwa tidak boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab : “Tapi itu kan benar Bu.”
Anak SA jarang yang menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau melompat-lompat atau stimulasi diri.

Tuesday, May 18, 2010

Prenatal dari Down Syndrome

Di Amerika Serikat insiden sindrom Down kira-kira 1 dalam 1.000 kelahiran. Dan telah terbukti bahwa tidak ada korelasi antara sindrom Down dan setiap budaya, kelompok etnis atau lokasi geografis.

Kemungkinan memiliki anak dengan sindrom Down tergantung pada usia ibu. Kemungkinan memiliki anak dengan sindrom Down sekitar 1 dalam 350 pada usia 35. Jika sang ibu di bawah 25, kemungkinan lebih dalam kebaikan dan mereka adalah 1 dalam 1.400. Namun Jika kamu memutuskan untuk memiliki seorang bayi di 40, secara dramatis meningkatkan peluang dan 1 dalam 100.

Ada tes skrining pralahir tersedia saat ini yang mengidentifikasi wanita yang pada peningkatan risiko memiliki bayi dengan sindrom Down. Tes ini relatif aman dan tidak menimbulkan ancaman apa pun keguguran tetapi mereka dapat mengatakan dengan pasti di mana janin sindrom Down. Di sisi lain, ada pralahir tes diagnostik yang akurat dan mengidentifikasi kelainan pada janin. Namun, tes diagnostik dapat menimbulkan risiko kecil keguguran.

Prenatal Screening Tes
AFP Expanded Screening - Apakah tes darah sederhana yang digelar antara 15 dan 20 minggu pertama kehamilan. Hasil tes darah dikombinasikan dengan wanita usia untuk memperkirakan risiko-nya membawa janin dengan Down syndrome. Tes skrining ini tidak mendiagnosa cacat lahir

Berhubung dgn tengkuk tembus Pemutaran - Ini adalah skrining non-invasif yang dilakukan di awal kehamilan. Pemutaran dilakukan antara 11 dan 14 minggu kehamilan dan hal itu dilakukan melalui pemeriksaan USG resolusi tinggi dari daerah yg berhubung dgn kuduk, yang lipatan kulit di bagian belakang leher janin. Hasilnya dikombinasikan dengan usia ibu untuk menentukan risiko-nya memiliki bayi dengan sindrom Down.

Tes Diagnostik Prenatal
Ada tiga utama tes diagnostik dilakukan untuk menentukan kelainan pada janin dan ini termasuk bayi mengalami sindrom Down. Ini adalah amniocentesis, chorionic villus dan USG.

Amniosentesis - Apakah yang paling umum dilakukan tes diagnostik untuk menentukan
masalah seperti sindrom Down. Tes ini dilakukan antara 15 dan 20 minggu pertama kehamilan. Sebuah jarum dimasukkan ke dalam perut dan sejumlah kecil cairan ketuban dihapus. Sel-sel dari cairan yang dianalisis dan dibutuhkan 2 minggu untuk mendapatkan hasilnya. Ada kemungkinan kecil keguguran tapi risiko sangat rendah.
Chorionic Villus - tes diagnostik ini melibatkan mengeluarkan sepotong jaringan dari plasenta baik dengan jarum melalui perut atau kateter melalui leher rahim. Tes ini dapat dilakukan lebih awal dari amniosentesis dan dilakukan pada 10 hingga 12 minggu kehamilan.

USG - Tes ini digunakan untuk mengetahui tanggal jatuh tempo, ukuran janin dan kehamilan multipel. Namun, Anda dapat menemukan cacat lahir pada janin dengan USG.

Sumber : http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-prevention/down-syndrome/Prenatal-Symptoms-of-down-Syndrome.html

Mengajar anak dengan down syndrome sign language

Anda mungkin tidak percaya, tetapi anak-anak dengan Sindrom Down biasanya sangat baik komunikator. Mereka belajar untuk berkomunikasi dengan cara ekspresi, perilaku, dan mime. Hal ini karena bahasa lisan sering berkembang perlahan-lahan pada anak-anak dengan sindrom Down, dan mereka akhirnya menggunakan bahasa isyarat sebagai alat untuk berkomunikasi.

Jika bahasa isyarat diperkenalkan pada waktu kelahiran, bayi dengan sindrom Down belajar untuk berkomunikasi. Hal ini membantu membangun ikatan yang lebih baik antara orangtua dan bayi. Bahasa isyarat juga membantu bayi dengan sindrom Down untuk mengembangkan kontak mata dan memperhatikan gerakan.
Menggunakan bahasa isyarat dengan anak-anak dengan sindrom Down, membantu anak-anak untuk menghubungkan arti kata yang diucapkan, dan juga membantu mereka untuk menjadi lebih responsif dan perhatian terhadap sekitar mereka yang membantu mereka untuk mempelajari bahasa. Namun, banyak orangtua anak-anak dengan sindrom Down ketakutan bahwa pengajaran bahasa isyarat untuk anak-anak dengan sindrom Down dapat membuat mereka pergi dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan. Namun, penelitian telah membuktikan sebaliknya. Anak-anak dengan sindrom Down, yang belajar bahasa isyarat, benar-benar menjadi kurang bergantung pada gerak-gerik dan tanda-tanda seperti mereka belajar untuk berbicara.

Jika Anda ingin mengajarkan bahasa isyarat kepada anak Anda dengan sindrom Down, lebih baik untuk memulai dengan cara yang sederhana. Penting untuk menandatangani hanya beberapa kata-kata penting dan tanda-tanda harus diulangi sesering mungkin sehingga anak dapat melekatkan makna pada tanda. Anda harus memastikan bahwa anak memandangi anda ketika anda mendaftar sehingga ia tidak kehilangan apa yang Anda lakukan dengan tangan Anda. Penting untuk berbicara selama Anda menggunakan Bahasa Isyarat tapi pastikan Anda menjaga bahasa yang diucapkan sesederhana mungkin. Anda juga harus menggunakan ekspresi wajah yang tepat untuk pergi dengan tanda sehingga anak dapat melampirkan lebih banyak makna untuk apa yang Anda katakan.

Jangan berkecil hati jika anak Anda tidak merespon segera. Jika perlu, secara fisik mengajarkan anak bagaimana cara menggunakan tanda-tanda dan terus mendorongnya untuk menyalin gerakan. Pengajaran bahasa isyarat untuk anak-anak dengan sindrom Down memang membutuhkan banyak kesabaran dan ketekunan, tetapi hasil dari semua kerja keras ini akan sangat berguna ketika anak Anda mulai berkomunikasi secara efektif dengan Anda.

Sumber : http://www.scumdoctor.com/Indonesian/disease-prevention/down-syndrome/teaching-children-with-down-syndrome-sign-language.html

Pentingnya Pendidikan Seks pada Anak Berkebutuhan Khusus

Jakarta, Selama ini terapi yang diberikan pada anak-anak kebutuhan khusus seperti autis, sindrom Asperger dan lainnya sebatas terapi bicara dan okupasi agar si anak bisa berbicara, menulis, belajar dan bersosialisasi. Padahal pendidikan seks juga harus diajarkan pada anak kebutuhan khusus sejak dini.

"Pendidikan seks tidak selalu mengenai hubungan pasangan suami istri, tapi juga mencakup hal-hal lain seperti pemberian pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta memahami berbagai batasan sosial yang ada di masyarakat," ujar Dra Dini Oktaufik dari yayasan ISADD (Intervention Service for Autism and Developmental Delay) Indonesia dalam acara Tanya Jawab Seputar Autisme di Financial Hall Graha Niaga, Jakarta, Sabtu (3/4/2010).

Dini menambahkan hasrat seks merupakan suatu hal yang alamiah. Masa puber yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus terkadang datang lebih awal dari anak normal, tapi bisa juga datang lebih lama atau mengalami keterlambatan. Dalam hal ini anak akan mengalami perubahan hormonal dan juga perubahan fisik berbeda pada anak laki-laki dan perempuan.

"Pendidikan seks jarang sekali disinggung bila berbicara mengenai autisme, mungkin karena dianggap masih tabu. Padahal pendidikan seks yang baik dapat membantu mempersiapkan si anak menjadi individu dewasa yang mandiri," ujar Gayatri Pamoedji, SE, MHc pendiri dari MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia).

Jika pendidikan seks tidak diberikan sejak dini, maka nantinya bisa menjadi masalah baik dari sisi eksternal atau internal si anak, seperti mungkin saja anak jadi memiliki kebiasaan memegang kemaluan sendiri, suka menyentuh bagian privat orang lain, tidak siap menghadapi menstruasi, masturbasi atau mimpi basah yang dapat mempengaruhi emosinya dan juga tidak dapat menjaga kebersihan daerah kemaluannya.

"Karena itu pendidikan seks menjadi sangat penting dan sebaiknya sudah dimulai sejak anak berusia 3 tahun. Tapi tentu saja si anak juga harus diberikan pelatihan mengenai kepatuhan, pengertian mengenai pemahaman perubahan fisik dan hormonal yang terjadi serta mencermati perilaku seks," ujar Dini yang menjadi praktisi terapi perilaku.

Dini menambahkan dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak mengenali bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah mengeksplor tubuh orang lain. Selain itu, orangtua harus waspada dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan fisik yang terjadi. Sedangkan dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan hormonal bisa melalui cerita yang mudah dimengerti, karena hormon tidak dapat terlihat secara visual.

"Dalam hal ini orangtua harus dengan sabar mengajarkan anak apa saja yang boleh dan tidak boleh dilihat saat sedang berbicara, anak memahami mana yang termasuk sentukah OK dan mana yang tidak serta anak diajari mengenai social circle, yaitu anak diberitahu siapa saja yang boleh mendapatkan peluk dan cium," ungkapnya.

Orangtua harus memiliki kesadaran bahwa masalah seksual kini semakin eksis, sehingga orangtua jangan hanya terpaku pada mind setting masyarakat mengenai pendidkan formal saja.

Anak dengan kebutuhan khusus juga memerlukan pendidikan mengenai seks, karena tanpa disadari mereka juga akan mengalami hal yang sama dengan anak normal lainnya. Sedangkan pada anak kebutuhan khusus terkadang memiliki kadar emosional yang tidak stabil, sehingga harus diajarkan secara bertahap.

"Pendidikan seks harus dimulai sejak dini, karena jika tidak dilakukan sejak awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau masalah lainnya," tambah Dini.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan mengenai seks pada anak kebutuhan khusus yaitu, orangtua lebih berperan dibandingkan dengan terapis, memberikan pendidikan berdasarkan tingkat pemahaman anak dan dengan kata-kata positif, membuat rekayasa suasana sebelum anak diekspos keluar, memiliki peraturan tersendiri, menggunakan kekuatan reward (hadiah) dan bukan kekuatan hukuman.

(ver/ver)

Sumber : http://health.detik.com/read/2010/04/03/162239/1331267/764/pentingnya-pendidikan-seks-pada-anak-kebutuhan-khusus

Anak Autis

Belum lama ini, saya membongkar file-file yang ada di MP4 yang selama ini saya gunakan. Sudah cukup banyak file rekaman suara yang saya simpan di sini.

ukan rekaman suara saya saat bernyanyi tapi suara rekaman wawancara saya dengan beberapa narasumber terkait klien yang sedang ditangani. Sebagian besar saya putar ulang tapi tidak sampai selesai. Beberapa rekaman yang sudah tidak diperlukan lagi segera saya delete agar tidak menambah penuh kapasitas.

Saya terdiam lama ketika mendengarkan sebuah rekaman hasil wawancara saya dengan seorang guru SD di sekolah inklusif sekitar awal tahun 2009. Seorang perempuan paruh baya yang menangani murid kelas satu sebanyak 42 orang dengan tiga orang anak autis di dalamnya. Tanpa guru pendamping atau guru berkebutuhan khusus yang bisa hadir setiap harinya. Kesan saya untuknya: ia begitu menikmati pekerjaannya sebagai pendidik.

Sebelumnya, saya menghampiri Erzam, anak laki-laki berkebutuhan khusus yang didiagnosa autis. Usianya sudah 8 tahun, tapi masih duduk di kelas 1. Tubuhnya kecil, bola matanya selalu bergerak dan tidak fokus, rambutnya tegak lurus, dan kulitnya kering.

Saya mencoba menarik perhatiannya, tapi tentu bukan hal yang mudah untuk menghadapi anak autis, terutama saya yang memang jarang berhadapan dengan kasus autis. Erzam sibuk mengusap-ngusap hidungnya, bertepuk tangan, dan tak menghiraukan teman-teman di sekelilingnya. Saya menyapanya, tapi lagi-lagi saya dicuekin.

Pelan, saya memegang tangannya, tapi masih tetap belum ada respon. Seorang teman kelas Erzam menyodorkan buku dan pensil kepunyaan Erzam pada saya. “Ini, Bu, punyanya Ejam,”, begitu ucap si anak. Saya mengambil pensil dan mencoba menggenggamkannya di tangan Erzam.

Ia mengambil pensil itu lalu memutar-mutar pensil itu di ujung tangannya. Saya menuntun tangannya untuk menuliskan sesuatu sambil bergumam, “Ayo, coba kita nulis nama Erzam yuk..” Tapi hanya beberapa saat, Erzam kembali tidak fokus dan berulang-ulang mengusap hidungnya. Kemudian ia bergumam sendiri, lalu bertepuk tangan.

Tanpa saya sadari, ada butiran hangat menyergap bola mata saya. Tak kuasa saya membayangkan perasaan orang tua yang memiliki anak dengan diagnosa autis, betapa mereka melakukan banyak perjuangan untuk dapat membesarkan dan merawat anaknya.

Haru saya kembali bertumpuk saat berbincang dengan guru kelas Erzam. Betapa seorang anak yang disebut autis menjadi sosok yang menyenangkan bagi guru dan teman-temannya.

“kalau kita bernyanyi di kelas, saya selalu panggil nama Erzam dan minta teman-temannya bertepuk tangan untuknya. Erzam kelihatan senang sekali dan langsung maju ke depan kelas. Anaknya baik, tidak suka mengganggu temannya, tapi saya yang tidak punya waktu untuk memberikan perhatian khusus padanya dari sekian murid saya di kelas ini. ingin sekali saya memberikan perhatian lebih.”

“Apakah teman-teman senang dan bisa menerima kehadiran Erzam, bu?” Tanya itu saya sampaikan mengingat erzam adalah anak berkebutuhan khusus dan belum tentu dapat berkomunikasi dengan baik kepada teman-temannya.

“Oh, teman-temannya senang dengan Erzam, karena dia baik. Walaupun duduk di belakang, tapi tidak ada teman yang menjauhinya. Meskipun memang tidak bisa bermain bersama, tapi anak-anak bisa menerima Erzam.” Saya mengakui hal itu sejak saya lihat beberapa teman Erzam sibuk mencarikan buku dan pensil di dalam tas Erzam saat saya mencarinya. Saya mempercayainya ketika beberapa anak laki-laki dengan lembutnya menyapa pundak dan pipi Erzam sambil tersenyum.

Ibu guru itu melanjutkan ceritanya. “Erzam sebenarnya memiliki kemampuan intelegensi yang baik. Ia bisa menghafal sesuatu dengan cepat bahkan lebih baik dibandingkan teman sekelasnya yang masih belum bisa membaca.” Saat istirahat, saya balik menghampiri Erzam yang berkumpul bersama pengasuh dan adiknya di luar kelas.

Adiknya justru sudah duduk di kelas 2 saat ini. beberapa ibu orang tua murid kelas 1 juga sedang berkumpul sambil menyuapkan makanan pada anaknya. Saya pun ikut duduk melantai bersama mereka. Rupanya ibu-ibu itu senang mencandai Erzam. Mereka bertanya tentang hafalan Erzam dalam kosakata bahasa inggris.

“Erzam mah anaknya pintar, cuma susah aja diajak komunikasi. Dia mah bacanya udah lancar, anak saya masih susah bacanya.” Seorang ibu mengagumi Erzam sambil tersenyum. Ibu-ibu lain cuma tersenyum dan menyapa Erzam.

Dalam hati, saya menghargai orang tua yang sudah dapat menerima sistem inklusif di sekolah, dimana anak-anak mereka yang normal memiliki teman sekelas yang berkebutuhan khusus dan mungkin sedikit berbeda dengan mereka. Karena di luar sana, ada banyak orang tua yang enggan jika anaknya digabungkan dengan anak berkebutuhan khusus seperti autis.

Saya sempat menyeletuk pada Rio, adik Erzam yang kini lebih dulu duduk di kelas 2. “Rio sayang ngga sama kak Erzam?”. Rio menggangguk dan berkata “sayang…” sambil sedikit tersenyum dan mengusap kepala kakaknya. Lagi-lagi hati saya bergemuruh mendengar komentar polos itu.


Wah, saya bahkan masih ingat detil kejadian hari itu, dimana saya mendapat banyak pelajaran dari seorang anak kecil yang didiagnosa autis. Anak yang begitu sulit untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, dapat menjadi sosok yang menyenangkan bagi gurunya, teman yang diterima bagi sebayanya, dan disayang oleh adiknya. Betapa keterbatasan yang ia miliki tak mengurangi kuantitas bahagia yang dapat ia bagi kepada orang lain.

Semua orang tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda dan adalah menjadi tidak tepat bagi kita untuk memaksakan orang lain bersikap, berbuat, dan menilai sesuatu seperti apa yang kita lakukan. Layaknya Erzam, mungkin ia tidak dapat mengikuti ritme kehidupan sosial seperti teman sebayanya, tapi ia punya cara sendiri untuk dicintai orang lain dan melengkungkan senyum bagi orang-orang di sekitarnya.

Kita pun berhak punya cara sendiri untuk menjalani hidup ini dan tentunya tidak perlu egois untuk berharap bahwa orang pun akan berbuat sama seperti kita. Ada banyak cara untuk menjadi bahagia, sama seperti halnya ada banyak cara untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain.

Saya memutuskan untuk tetap menyimpan rekaman wawancara tentang Erzam di MP4 itu. Suatu hari mungkin saya butuh untuk mendengar ulang rekaman itu lagi, supaya saya tetap bisa ingat bahwa kita harus belajar menerima diri kita dan orang lain apa adanya.

oleh: Hayati Rahmah

sumber: http://www.eramuslim.com/oase-iman/cetak/belajar-dari-si-kecil-yang-autis

Kasus ADHD

Hari minggu kemarin, Hercules lagi-lagi bikin kehebohan. 10 menit pertama dia baik-baik saja, tiba tiba menyerang Michelle yang cantik dan pendiam. Selalu Michelle…selalu Michelle yang jadi sasaran keisengannya. Untung aku tidak bertugas mengajar didepan kelas, jadi hanya menjaga anak-anak saja. Karena aku melindungin Michelle, duduk dekat dengannya, Hercules mengalihkan perhatian ke majalan dinding, dan mengambil salah satu paku payungnya.
Aku takut gerakan gesitnya dengan paku payung akan melukai michelle atau anak yang lain. Aku tidak bisa segera merebut paku itu, karena dia gesit dan cerdik juga. Aku memancingnya keluar kelas, karena ulah Hercules sudah mengganggu suasana kelas.
Membawa Hercules keluar kelas, seperti sedang menjebak tikus, supaya lari ke tempat yang kita kehendaki. Aku biarkan pintu terbuka lebar, sementara aku mengejar Hercules, kalau arahnya ke pintu. Kalau ke sudut saja, aku diamkan. setelah berhasil keluar, aku ajak ke dalam kelas kosong, kami main kunci mengunci. aku suruh dia masukkan ujung paku payungnya ke lubang kunci, dan keluarkan lagi, dan sebagainya. Sampai dia bosan dan paku payung ditinggalkannya.
Tapi melihat dia masih kelebihan energi, aku tidak mengajak balik ke kelas, tapi diajak main secara fisik, misalnya buka tutup pintu, angkat meja, geser kursi. Pokoknya berisik banget. Hercules kelihatan senang. Tapi aku lelah banget ngladeni dia dan aku terduduk sambil liat Hercules. Tiba-tiba dia menarik tanganku, mengajak ke lantai atas, lalu turun lewat tangga satunya, muter naik lewat tangga yang lain. Biarin deh…demi menguras energinya, meskipun aku juga terkuras.
Kasus dalam artikel diatas merupakan anak yang memiliki special needs, yang memerlukan perlakuan secara khusus. Anak dalam kasus diatas adalah anak dengan ADHD (Attention Defisit-Hyperactivity Disorder) tipe hiperaktivitas. Gangguan ADHD merupakan gangguan perilaku yang ditandai dengan aktivitas motorik berlebih dan ketidak mampuan untuk memfokuskan perhatian, sementara hiperaktivitas memiliki pengertian yang lebih khususnya pola perilaku abnormal yang ditandai oleh kesulitan mempertahankan perhatian dan kegelisahan yang ekstrem.

sumber :
-elkaje.multiply.com
-http://dyahanggraini.ngeblogs.com/category/psikologi-anak-khusus/

Bintang "Anak Indigo"

Pertama bertemu dengan Bintang yang baru berumur 8 tahun ,saya merasakan dan melihat dia sebagai anak yang sangat cerdas.
Perawakan badanya yang agak besar serta sorot matanya yang tajam ditambah lagi dengan kepintarannya berdialog dan berargumen layaknya orang dewasa.

Namun ibu dan bapaknya teryata sudah pusing tujuh keliling menghadapi anak mereka yang katanya sangat nakal ini.
Di sekolah dulu kerjanya berantem melulu serta ketika mengikuti pelajaran malah ia berteriak teriak di kelas dan mengangu teman teman sekelasnya terutama yang wanita.

Dan suatu hari ia pulang sekolah dan lansung berkata :

“Aku ndak mau sekolah lagi bu ,karena yang mengajar saya gurunya masih anak kecil semua dan ilmu dan pengetahuannya tak ada guna ,aku lebih tahu daripada mereka hal hal yang diajarkan oleh mereka”

Dan bagaimanapun cara orangtuanya menbujuk Bintang tetap tak mau bersekolah.
Dan sering orang kampung datang meminta ganti rugi akibat kenakalan Bintang ini .
Pernah suatu hari datang tukang mie ayam bercerita :

“Bu anak ibu keterlaluan dia tadi minta mie gratis pada saya ,dan tak dikasih dia langsung memasukan pasir di mie dan kuah mie saya ,dan langsung lari “

Sudah berbagai cara di coba untuk mengobati kenakalan Bintang ini ,dengan menyekolahkan ke sekolah anak berkebutuhan khusus ,dan iapun mengamuk dan berkata:

“Ibu sadar ngak sih ? ,itu sekolah buat anak yang agak kurang kemanpuannya ,saya kan pintar ? Sekolah umun aja nilaiku bagus semua tanpa aku perlu belajar ,tapi aku lebih tua dari mereka ,termasuk kalian orang tuaku kalian masih anak kecil kalah jauh dengan aku “
Kemudian ia mengebrak meja dan mejapun hancur jadi dua.

Pernah juga seorang paranormal diundang kerumah mereka untuk mengobati atau mendoakan agar si Bintang tak nakal lagi ,dan apa yang terjadi ?
Bintang malah dengan santainya berkata :

“Pinjem dong cincinnya om ‘ dan iapun memegang cincin itu sebentar dan berkta :

“ki pulang aja sana ilmumu masih tangung ,sana belajar yang benar dulu ,” sambil mengembalikan cincin itu ,ketika paranormal itu memakai kembali cincin itu ia malah muntah darah.
Dan bintangpun ketawa dan berkata :

“Kubilang juga apa ,sana pulang ngelmu lagi yang tekun”

Ketika ibunya bercerita padaku iapun ikut menyimak dan ikut menimpali serta menberikan alasan alasan kenakalanya.
Terlihat dia seperti anak normal dan terkesan dewasa.
Waktu itu kamipun mengajak keluarga Bintang ketempat romo ,guru medetasiku.

Ketika sampai disana dan bertemu dengan romo ,romoku pun langsung bertanya :

“Kamu sama saya tua siapa? “

Dan Bintang menjawab :

“Ampun romo saya ngaku kamu lebih tua dan saya lakunya kalah jauh sama anda ,maukah anda menerima aku jadi muridmu ? “

Orang tua Bintangpun terheran heran melihat anak mereka begitu sopan pada romoku, dan akhirnya merekapun datang semingu sekali untuk sowan ke romoku serta Bintangpun mau belajar meditasi dan sedikit sedikit kenakalannya berkurang ,namun ia tetap tak mau bersekolah.

Lama sudah saya tak bertemu Bintang anak sakti dan nakal ini .
Dan banyak sekali fenomena anak anak indigo yang lahir sekarang yang menpunyai kemanpuan lebih ,dan tak mau mengikuti aturan umun serta sekolah umun.

Disebut indigo karena aura inti mereka nila tua ,yang biasanya dimiliki seorang yang tingkat spritualnya sudah matang seperti tokoh agama dan tokoh spritual yang sudah menjalani laku yang cukup sempurna.

Secara Budhisme anak anak indigo ini adalah roh tua ,yaitu putaran kelahirannya sudah banyak dan dalam setiap kelahirannya ia menbina diri dan punya tingkat spritual yang lumayan ,namum belum sempurna ,hinga kadang mereka bingung dan ego mereka agak tinggi karena merasa diri mereka tua dan hebat.
Hinga harus mendapat bimbingan dan arahan yang sesuai dan tak bisa dengan sistem paksa.
Dan munkin dilain kesempatan saya akan mengupas lagi tentang anak anak indigo ini.

Salam dami selalu.

sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/28/bintang-bukan-anak-kecil-kisah-anak-indigo/

Contoh anak special need

Lukman memandang kura-kura di air mancur, sementara teman-temannya sedang mendengar Kak Ria mendongeng di teras kelas. Ketika Kak Aas memegang lengan Lukman dan mengajaknya bergabung dengan Kak Ria, Lukman berteriak,“Nggak!” Kak Aas terkejut. Hari itu, tanggal 23 Maret 2009, untuk pertama kalinya di sekolah Lukman mengeluarkan kata bantahan, “Nggak.” Di rumah dia sudah mengucapkan “Nggak” untuk pertama kalinya beberapa hari sebelumnya, yang membuat mamanya terkejut dan gembira.

Anak Indonesia pada umumnya dapat mengucapkan bentuk negatif (bukan-belum-jangan-nggak/ndak) pada usia dua tahun. Lukman untuk pertama kalinya memproduksi bentuk negatif beberapa hari setelah ulang tahunnya yang ke-4.

Lukman mengalami perkembangan pemerolehan bahasa yang lebih lambat daripada anak lain. Dia mengalami kesulitan untuk memberikan respon dan menerima makna yang diberikan oleh sekelilingnya. Lukman tidak mengalami kelainan organik. Struktur organ wicara dan pendengarannya baik (hanya saja dia cenderung hipersensitif terhadap suara – terkadang Lukman menutup telinga pada saat kegiatan menonton film). Lukman juga mempunyai kemampuan kognitif yang baik. Misalnya, ketika mamanya mengajarinya mengenali globe dengan mengatakan, “Lukman disini ni, di In Do Ne Sia,” Lukman meniru, “Indonesia.” Lalu ibunya menjelaskan di mana penguin, gajah, beruang kutub, dan dinosaurus. Ketika globe diputar lagi, Lukman dapat menyebutkan dengan tepat di mana letak hewan-hewan itu dan dirinya.

Meski memiliki kemampuan kognitif yang baik, karena masalah-masalah yang dimiliki Lukman, dia cenderung memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai norma umum. Bila diajak dalam kegiatan kelompok, tak jarang dia menendang, mencubit dan menggigit Kak Aas atau kak Ria atau melempar setumpukan buku atau balok.

Secara bercanda saya katakan kepada mama Lukman bahwa saya ingin digigit Lukman, yang menandakan dia sudah nyaman mengekspresikan perasaan kepada saya. Memang, pada akhirnya Lukman melayangkan tangan kecilnya ke pipi saya ketika saya mendekatinya karena dia menendang seorang teman yang ingin ikut membaca bukunya. Jumat lalu pun dia beberapa kali mengepalkan tangan dan mendorong lengan saya, ketika saya mengingatkannya agar tidak duduk di ujung dinding perosotan.

Menurut Ibu Alzena Masykouri, psikolog yang memantau perkembangan Lukman, bahwa Lukman menunjukkan perilaku agresif dalam menunjukkan kemarahan, menunjukkan bahwa dia mengalami kemajuan dalam mengenali dan mengekspresikan emosinya. Hanya saja Lukman masih perlu berlatih untuk meregulasi emosinya dan menunjukkan emosi dengan cara yang adaptif.

Tantrum Lukman tak luput dari perhatian teman-temannya. Ibu Vina menulis kepada saya bahwa hampir setiap pulang sekolah Vina bertanya kenapa Lukman selalu marah-marah. Dengan bijak ibu Vina menjelaskan bahwa Lukman tidak sama dengan Vina dan teman-teman lain, jadi Vina harus memahami.
Tentu jawaban itu tidak memuaskan Vina. Dia pun bertanya lagi, “Lukman sakit apa?”

Ya, akan mudah menjelaskan kepada anak, bahkan kepada orang dewasa sekalipun, mengenai perbedaan yang nyata secara fisik. Kami pernah mengadakan sesi “Sehari Bersama Hegar” untuk menjelaskan kondisi Hegar yang perlu memakai alat bantu dengar. Bunda Hegar menjelaskan kepada anak-anak tentang riwayat Hegar sejak di kandungan dan mengapa Hegar sampai memakai alat yang ditanamkan di kepalanya. Acara itu berakhir dengan permainan tikus kucing yang digemari anak-anak Tetum, dengan Hegar sebagai tikus dikejar oleh Rayi sebagai kucing.

Acara itu sebetulnya merupakan “pengesahan MoU” antara kami, orang dewasa –sekolah dan orang tua Hegar—mengenai apa yang akan kami lakukan terhadap Hegar. Bagi teman sekelasnya, acara itu merupakan pengenalan terhadap alat bantu dengar Hegar, kebutuhan Hegar akan alat itu dan bahwa mereka harus ikut menjaganya. Secara sosial, tanpa acara itu mereka sudah menerima Hegar, dan Hegar pun menjadi bagian dari mereka. Tanpa bahasa verbal, mereka melakukan komunikasi dan menjalani kegembiraan tanpa hambatan. Hegar adalah anak yang penuh percaya diri dan memiliki kemampuan kognitif dan sosial yang baik.

Berbeda dengan anak-anak yang tidak secara nyata memiliki perbedaan, apalagi yang memiliki hambatan melakukan interaksi sosial. Yang tampak di mata anak-anak dan orang tua –ketika menjadi visiting parents atau menjemput—adalah adanya seorang anak senang berjalan-jalan di halaman, tidak mau masuk kelas, dan kerap agresif.

Kami tahu ada tanya dalam pandangan orang tua ketika melihat Lukman, namun secara etika kami tidak bisa menjelaskan kondisi seorang anak kepada orang tua lain. Kami hanya dapat meyakinkan –secara tak langsung—bahwa kehadiran seorang anak berkebutuhan khusus tidak membuat putra-putri mereka menjadi terabaikan.

Karena surat ibu Vina, saya pun mengajak mama Lukman untuk membuka diri dengan kehadiran anak-anak berkebutuhan khusus di Tetum, dimulai dari Lukman. Sebuah keterbukaan dapat mengajak orang tua untuk mempersepsi anak berkebutuhan khusus dalam paradigma pertumbuhan (growth paradigm), bukan paradigma defisit/kekurangan (deficit paradigm). Dalam paradigma pertumbuhan itu kita mempersepsi bahwa seorang anak berkebutuhan khusus adalah individu dengan cara belajar berbeda, bukan seseorang yang memiliki defisit kemampuan sehingga dia menjadi tidak bisa melakukan hal yang dilakukan mainstream. Orang di sekelilingnya –terutama orang tua dan guru– perlu membantunya agar dia dapat mengembangkan potensinya.

Cobalah kita telaah ketika Lukman berkeliling-keliling di halaman dan membuang muka dan menendang sewaktu diajak Kak Aas ke kelas. Dari segi pemahaman bahasa, tampaknya Lukman sudah memahami ajakan, “Ayo, Lukman ke kelas.” Ini terlihat dari reaksinya dengan membuang dan menendang. Apakah sungguh Lukman paham? Ya, bila dilihat dari kebiasaannya meninggalkan crowd (kelompok teman-temannya) dan keengganannya berada di kelas kecuali bila di kelas ada benda yang jadi fokus perhatiannya, misalnya, buku. Jadi, ketika berada di dalam kelas, Lukman tidak terlibat dalam kegiatan kelas. Bila ditegur, dia akan bereaksi keras. Reaksi keras itu menunjukkan bahwa Lukman masih perlu belajar dalam berekspresi. Masalahnya tak hanya terkait dengan produksi bahasa (dapat menyampaikan penolakan dengan manis), tapi juga masalah yang terkait dengan gangguan komunikasi, yaitu resistensi terhadap perubahan dan kecenderungannya pada kerutinan, interaksi sosial, pengaturan (organizing) dan keteralihan.

Lukman akan lebih bisa kooperatif bila resistensi terhadap perubahan berkurang. Dia menjadi stres bila keasyikannya saat menekuni suatu hal diputus (sedang mengamati kura-kura-kura, diajak ke kelas). Bila Lukman memiliki kebutuhan untuk interaksi sosial, dia juga akan kooperatif melakukan kegiatan bersama teman, baik di dalam maupun di luar kelas. Interaksi sosial ini tidak hanya berada di dalam suatu ruang bersama-sama, tetapi terjadi pertukaran komunikasi verbal maupun nonverbal. Lukman perlu stimuli untuk mengoptimalkan perkembangannya dengan terapi sensori integrasi di suatu klinik, di rumah dan di sekolah.

Menyekolahkan Lukman di sekolah umum merupakan bagian dari paradigma pertumbuhan: mempersepsi dia bahwa dia memiliki cara belajar berbeda dan berpotensi untuk berkembang. Persepsi ini harus dimiliki oleh orang-orang di sekelilingnya, sebagai wujud pengabdian kita terhadap Tuhan yang telah menciptakan manusia secara berbeda-beda. Bukan keinginan Lukman untuk menjadi seperti itu, bukan pula pilihan orang tuanya untuk memiliki anak yang pada awalnya seolah tak membutuhkan orang-orang di sekelilingnya.

Dari kasus Lukman kita malah jadi belajar menghargai anugrah Tuhan yang begitu berharga: kemampuan mengekspresikan diri. Mama Lukman dengan rajin mencatat perkembangan Lukman dari satu langkah ke langkah lain. Misalnya, ketika Lukman berebut Mama dengan Reza kakaknya; ketika mengamati bahwa spanduk Tetum yang dipasang di jalanan depan rumahnya tidak ada (“Ya, Tetum hilang”); ketika Lukman berpapasan dengan Sari, teman sekelasnya, dan mengatakan, “Hai tunggu”; atau ketika pertama kali minta tolong (“Mama tolong pasang Tupi ya Ping-Ping”). Saya pun jadi GR ketika kemarin bersalaman dengan Lukman, dan dia berpikir sejenak sebelum akhirnya mengucapkan, “Kak Endah.” Itu adalah pertama kali Lukman menyebut nama saya, berkat stimulasi yang diberikan ibunya.

Membesarkan Lukman menjadi hari-hari yang penuh tantangan bagi orang tua Lukman. Mereka dengan jujur mengakui tidak mudah. Memahami masalah Lukman adalah sebuah PR besar, dan mengatasi pergulatan diri adalah proses belajar yang lain. Ini komentar Mama Lukman tentang ajakan saya untuk membuka diri kepada orang tua teman-teman anaknya: Monggo kak Endah, silakan ditulis. Saya pun ingin tahu bagaimana reaksi orang tua yang lain. Ini adalah suatu tahapan yang harus kami lalui di mana pun Lukman bersosialisai. Mungkin ada yang mendukung, mungkin ada yang tidak memahami dan memandang perbedaan tersebut seharusnya tidak perlu. Bukan sekali dua kali orang tua di milis anak berkebutuhan khusus yang saya ikuti mengeluh dan menangis karena masalah ini. Jadi kami pribadi sudah cukup tahu, dan mudah-mudahan cukup siap dengan reaksi para orang tua lain…

(Ditulis di Notes FB Sekolah Tetum, 18 Mei, 2009)


sumber: http://endah.sekolahtetum.org/?p=11

Saybia-The Second You Sleep

You close your eyes
And leave me naked by your side
You close the door so I can’t see
The love you keep inside
The love you keep for me

It fills me up
It feels like living in a dream
It fills me up so I can’t see
The love you keep inside
The love you keep for me

I stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
I wish by God you’d stay

I stay awake
I stay awake and watch you breathe
I stay awake and watch you fly
Away into the night
Escaping through a dream

I stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
I wish by God you’d stay

Stay
Stay

I stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
It gives me time to stay
To watch you fade away
I dream of you tonight
Tomorrow you’ll be gone
I wish by God you’d stay

Stay awake
Stay
Stay

I wish by God you’d stay

Menerima Kegagalan tanpa sakit hati

Menerima kekalahan dan kegagalan diri sendiri memang tidak mudah. Umumnya, kekalahan dihadapi dengan sikap down, stres, bahkan depresi. Padahal sikap tersebut justru akan memperburuk kegagalan. Pada dasarnya kesulitan menerima kegagalan adalah karena kita juga sulit mengakui kesuksesan orang lain. Ada perasaan 'kecut' ketika mendengar kemenangan orang lain. Sehingga, kondisi ini akan semakin membuat mental anda 'down'.

Lalu bagaimana dengan anda sendiri? Bisakah anda menerima kegagalan tanpa rasa sakit hati dan putus asa? Daripada terus meratapi kegagalan, lebih baik anda belajar berbesar hati dalam menerima kekalahan. Caranya? Coba ikuti saran di bawah ini:

- Menerima kenyataan
Jangan terjebak pada perasaan marah dan kesal mendengar keberhasilan orang lain. Anda harus menyadari bahwa sikap demikian hanya karena anda tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang lain lebih baik dari anda. Lebih baik pelajari penyebab kegagalan anda kemudian berusahalah untuk memperbaikinya.

- Berpikir positif
Walaupun anda sedang mengalami kekalahan, cobalah untuk berpikir jernih. Pikiran negatif dan prasangka buruk terhadap orang lain akan menyerap energi dan ini sangat melelahkan fisik serta mental anda. Dengan pikiran yang lebih jernih, langkah anda terasa lebih ringan untuk 'menebus' kekalahan.

- Cari masukan
Cobalah untuk menilai kelemahan diri sendiri. Kemudian mintalah masukan dari rekan-rekan yang biasa bekerjasama dengan anda. Kalau perlu minta juga pendapat dan masukan dari bos tentang kinerja anda selama ini. Jika masukan tersebut baik bagi perkembangan diri anda tentu anda bisa mempraktekkannya kan?

- Perbaiki aspek negatif
Sadarilah hal-hal negatif yang menghambat karir anda. Jika anda sudah menyadarinya maka perbaikilah atau tekan seminimal mungkin aspek negatif tersebut. Sebaliknya, kembangkan dan tingkatkan terus aspek positif pada diri anda.

- Hargai orang lain
Menghargai orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebenarnya juga merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Dengan demikian akan tumbuh sikap positif dimana anda bisa lebih memahami kelebihan orang lain dan menerima kekalahan diri sendiri.

Jangan lupa gagal bukan berarti 'kiamat'. Kegagalan hanyalah sebuah proses untuk mencapai kesuksesan. Asal anda berusaha keras untuk mencapai kesuksesan yang anda idamkan, kegagalan nggak akan mampir dalam hidup anda.

sumber : http://bocahklene.multiply.com/journal/item/93/Menerima_Kegagalan_Tanpa_Sakit_Hati

Michael Jackson-You are not alone

Another day has gone
I'm still all alone
How could this be
You're not here with me
You never said goodbye
Someone tell me why
Did you have to go
And leave my world so cold

Everyday I sit and ask myself
How did love slip away
Something whispers in my ear and says
That you are not alone
For I am here with you
Though you're far away
I am here to stay

You are not alone
I am here with you
Though we're far apart
You're always in my heart
You are not alone

All alone
Why, oh

Just the other night
I thought I heard you cry
Asking me to come
And hold you in my arms
I can hear your prayers
Your burdens I will bear
But first I need your hand
So forever can begin

Everyday I sit and ask myself
How did love slip away
Then something whispers in my ear and says
That you are not alone
For I am here with you
Though you're far away
I am here to stay
For you are not alone
I am here with you
Though we're far apart
You're always in my heart
And you are not alone

Whisper three words and I'll come runnin'
And girl you know that I'll be there
I'll be there

You are not alone
I am here with you
Though you're far away
I am here to stay
You are not alone
I am here with you
Though we're far apart
You're always in my heart

You are not alone
For I am here with you
Though you're far away
I am here to stay
For you are not alone
For I am here with you
Though we're far apart
You're always in my heart

For you are not alone

Pencegahan Kanker Serviks

Pencegahan, menurut Nasdaldy, dapat dilakukan dengan tiga strategi: primer, sekunder, dan tertier. Pencegahan primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki risiko terkena kanker mulut rahim. Caranya, dengan memberikan penyuluhan. ”Bukan hanya medis, tapi bisa di sekolah-sekolah karena banyak yang tidak tahu dan tidak peduli,” tuturnya.

Pencegahan sekunder juga diperlukan pada orang yang tidak memiliki gejala. Ini agar angka kejadian dapat ditekan dan memungkinkan pengobatan sedini mungkin. Pengobatan lebih awal, selain biayanya sedikit, hasilnya pun lebih baik. Sedangkan pencegahan tertier dilakukan pada orang yang sudah terkena penyakit ini.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan primer pada penderita serviks. Namun yang penting adalah menurunkan faktor risiko. Misalnya, menghilangkan perilaku seksual yang mengakibatkan terpapar dengan infeksi human papilloma virus (HPV). ”Perempuan lebih rentan terkena infeksi HPV,” ujarnya.

Tidak kalah pentingnya dengan faktor nutrisi. Menurut dokter spesialis ini orang dengan gizi yang bagus lebih mudah mencegah serangan penyakit ini. Harus diingat, tidak ada pantangan makanan bagi penderita kanker. Karena itu tidak benar pernyataan yang mengatakan bahwa penderita kanker tidak boleh makan daging. ”Itu mitos,” ucapnya.

Zat gizi, kata dia, sangat diperlukan untuk pencegahan penyakit ini. Makanan yang baik untuk dikonsumsi adalah caretenoids, vitamin A, retinoids, vitamin C, vitamin E, dan folat. Sayuran hijau tua dan kuning juga baik untuk meningkatkan gizi.

Selain menurunkan faktor risiko dan nutrisi, pencegahan primer juga perlu dengan vaksinasi. Imunisasi, kata Nasdaldy, dilakukan pada usia muda sebelum aktif melakukan hubungan seksual dan masih dalam tahap pengembangan.

Vaksin pencegahan bertujuan membentuk antibodi dan diberikan pada orang sehat. Vaksin pengobatan diberikan pada orang yang sudah terinfeksi HVP dan stimulasi sistem imunitas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, vaksin sebaiknya diberikan pertama kali dalam lima tahun setelah aktif berhubungan seksual atau usia 25 tahun sampai usia 65 tahun. Frekuensi vaksinasi, saran badan dunia itu, dilakukan 2 – 3 tahun sekali dengan catatan dua kali berturut-turut negatif.

Sumber : http://www.puarambe.com/2010/03/cara-pencegahan-kanker-serviks.html

Mencegah rambut rontok

Rambut rontok dan kebotakan merupakan momok yang menakutkan bagi setiap orang. Berbagai upaya dilakukan untuk menghindari masalah tersebut. Ratusan ribu duit melayang untuk melakukan perawatan rambut di salon salon ternama berikut membeli obat obatan pencegah rambut rontok dengan berbagai macam merk.

Secara garis besar, kerontokan rambut disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor herediter atau keturunan dan faktor didapat. Kerontokan oleh karena faktor keturunan memang tidak banyak yang bisa dilakukan selain mencegah agar kerontokan tidak berlangsung dengan cepat. Sedangkan faktor yang didapat, ada yang disebabkan oleh karena penyakit dan ada pula karena kesalahan perawatan rambut.

Berikut beberapa tips yang bisa anda lakukan untuk mengurangi terjadinya kerontokan rambut :

* Makanlah makanan yang bergizi terutama yang banyak mengandung protein dan zat besi. Protein sangat penting untuk pertumbuhan organ tubuh termasuk rambut. Sumber protein utama berasal dari ikan, telur, kacang kacangan, yogurt, kedelai dan lain lain.
* Hindari stress karena stress akan menganggu metabolisme tubuh yang imbasnya ke rambut juga.
* Jauhi obat obatan yang dapat menganggu pertumbuhan rambut.
* Rajinlah berolah raga. Berolah raga secara teratur akan memperlancar peredaran darah termasuk peredaran darah pada kulit kepala yang akan menutrisi rambut.
* Selain rajin berolah raga, beristirahatlah yang cukup sehingga pertumbuhan rambut anda lebih optimal.
* Berhentilah merokok, kurangi konsumsi kafein. Kedua zat ini tidak baik untuk rambut anda.
* Hindari penggunaan air yang terlalu panas saat keramas dan hindari pula menggunakan pengering rambut yang terlalu sering. Keringkanlah rambut anda hanya dengan handuk dan meng-anginkan di udara terbuka.
* Lindungilah kulit kepala anda dari sinar matahari langsung.
* Pilihlah menggunakan shampoo herbal yang bagus, jangan menggunakan shampoo yang terbuat dari bahan kimia yang tidak jelas.
* Sisirlah rambut anda dengan lembut saat rambut masih dalam keadaan agak basah.
* Kurangi penggunaan gel rambut, krim, minyak rambut, pewarna rambut dan spray rambut. Gunakanlah produk yang terbuat dari bahan alami.
* Saat anda mencukur rambut, sarankanlah tukang cukur anda menggunakan gunting yang cukup tajam.
* Hindari kebiasaan menarik narik rambut dengan alasan tidak jelas.

Sumber : http://www.blogdokter.net/2008/04/19/tips-mencegah-rambut-rontok/

Tips Mengatasi Insomnia

Insomnia dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mana seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak dapat tidur dengan nyenyak. Rata rata setiap orang pernah mengalami insomnia sekali dalam hidupnya. Bahkan ada yang lebih ekstrim menyebutkan 30 – 50% populasi mengalami insomnia.

Insomnia dapat menyerang semua golongan usia. Meskipun demikian, angka kejadian insomnia akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini mungkin disebabkan oleh stress yang sering menghinggapi orang yang berusia lebih tua. Disamping itu, perempuan dikatakan lebih sering menderita insomnia bila dibandingkan laki laki.

Berikut beberapa tips yang bisa anda lakukan untuk mengurangi serangan insomnia.

1.
Berolah raga teratur. Beberapa penelitian menyebutkan berolah raga yang teratur dapat membantu orang yang mengalami masalah dengan tidur. Olah raga sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan bukan beberapa menit menjelang tidur. Dengan berolah raga, kesehatan anda menjadi lebih optimal sehingga tubuh dapat melawan stress yang muncul dengan lebih baik.
2.
Hindari makan dan minum terlalu banyak menjelang tidur. Makanan yang terlalu banyak akan menyebabkan perut menjadi tidak nyaman, sementara minum yang terlalu banyak akan menyebabkan anda sering ke belakang untuk buang air kecil. Sudah tentu kedua keadaan ini akan menganggu kenyenyakan tidur anda.
3.
Tidurlah dalam lingkungan yang nyaman. Saat tidur, matikan lampu, matikan hal hal yang menimbulan suara, pastikan anda nyaman dengan suhu ruangan tidur anda. Jauhkan jam meja dari pandangan anda karena benda itu dapat membuat anda cemas karena belum dapat terlelap sementara jarum jam kian larut.
4.
Kurangi mengkonsumsi minuman yang bersifat stimulan atau yang membuat anda terjaga seperti teh, kopi. alkohol dan rokok. Minuman ini akan menyebabkan anda terjaga yang tentu saja tidak anda perlukan bila anda ingin tidur.
5.
Makananlah makanan ringan yang mengandung sedikit karbohidrat menjelang tidur, bila tersedia, tambahkan dengan segelas susu hangat.
6.
Mandilah dengan air hangat 30 menit atau sejam sebelum tidur. Mandi air hangat akan menyebabkan efek sedasi atau merangsang tidur. Selain itu, mandi air hangat juga mengurangi ketengangan tubuh.
7.
Hentikan menonton TV, membaca buku, setidaknya sejam sebelum tidur.
8.
Gunakanlah tempat tidur anda khusus untuk tidur. Hal ini akan membantu tubuh anda menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tidur. Saat anda berbaring di tempat tidur, maka akan timbul rangsangan untuk tidur.
9.
Lakukan aktivitas relaksasi secara rutin. Mendengarkan musik, melatih pernafasan, meditasi dan lain lain akan membantu memperlambat proses yang terjadi dalam tubuh sehingga tubuh anda menjadi lebih santai. Keadaan ini akan mempemudah anda untuk tidur.
10.
Jernihkan pikiran anda. Enyahkan segala kekhawatiran yang menghinggapi pikiran anda. Salah satu cara untuk ini adalah menuliskan semua pikiran anda lewat media blog.
11.
Tidur dan bangunlah dalam periode waktu yang teratur setiap hari. Waktu tidur yang kacau akan mengacaukan waktu tidur anda selanjutnya.

Sumber : http://www.blogdokter.net/2008/07/23/tips-mengatasi-susah-tidur-insomnia/

Penyebab Insomnia

Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.

Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan.

Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut.Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali.Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.

Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur.

Selain itu, perilaku di bawah ini juga dapat menyebabkan insomnia pada beberapa orang:

* higienitas tidur yang kurang secara umum (cuci muka, dll?)
* kekhawatiran tidak dapat tidur
* mengkonsumsi caffein secara berlebihan
* minum alkohol sebelum tidur
* merokok sebelum tidur
* tidur siang/sore yang berlebihan
* jadwal tidur/bangun yang tidak teratur

Sumber : http://www.medicastore.com/nutracare/isi_calm.php?isi_calm=gangguan_tidur

Anak Special Need

Anak special need" atau anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. perilaku anak-anak ini, yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal. padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi. sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan terhambat. intelegensi, emosi dan perilaku sosialnya tidak dapat berkembang dengan baik. oleh karena itu sangat penting untuk melakukan deteksi sedini mungkin bagi anak-anak ini.

Saat ini prevalensi anak dengan kelainan hambatan perkembangan perilaku telah mengalami peningkatan yang sangat mengejutkan. di Penysylvania, Amerika Serikat, jumlah anak-anak autisma saja dalam lima tahun terakhir meningkat sebesar 500%, menjadi 40 dari 10.000 kelahiran. belum terhitung anak-anak dengan perilaku lainnya. sejauh ini di indonesia belum pernah dilakukan penelitian untuk hal ini. akan tetapi kita tahu bahwa faktor-faktor penyebab dari hambatan perkembangan perilaku anak lebih tinggi di indonesia dibandingkan dengan amerika serikat, maka dapat diperkirakan bahwa jumlah anak dengan kelainan ini, pasti jauh lebih banyak daripada di amerika serikat. jenis kelainan pada anak-anak dengan kebutuhan khusus ini dapat berupa Autisma Infantil (yang merupakan kelainan terberat), Asperger" Disease, Attention Deficit (Hyperactive) disorder atau AD (H)D, Speech Delay, Dyslexia, Dyspraxia, dsb.

Sumber : http://astiw.blogspot.com/2010/04/anak-special-needs.html

Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus

Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak dengan kebutuhan khusus.
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
a. a. Tidak mampu melihat
b. b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
c. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
d. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
e. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
f. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata,
h. Mata bergoyang terus.
Nilai standar : 4 (di luar a dan b), maksudnya, jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
a. Tidak mampu mendengar,
b. Terlambat perkembangan bahasa
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh/monoton,
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran,
i. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
Nilai Standar : 6 (di luar a), maksudnya jika a terpenuhi, maka berikutnya tidak perlu dihiung.
3. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
a. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
b. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
c. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
d. Terdapat cacat pada alat gerak,
e. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
f. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g. Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Nilai Standar : 5
4. Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
a. Membaca pada usia lebih muda,
b. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
c. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
e. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
f. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
g. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
h. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
i. Dapat memberikan banyak gagasan
j. Luwes dalam berpikir
k. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
l. Mempunyai pengamatan yang tajam,
m. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
n. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
o. Senang mencoba hal-hal baru,
p. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
q. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
r. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
s. Berperilaku terarah pada tujuan,
t. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
u. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
v. Mempunyai daya ingat yang kuat,
w. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
x. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
y. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Nilai Standar : 18
5. Tunagrahita
a. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
b. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
c. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
d. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
e. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
f. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Nilai Standar : 6
6. Anak Lamban Belajar
a. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
b. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
c. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
d. Pernah tidak naik kelas.
Nilai Standar : 4
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
c. Kalau membaca sering banyak kesalahan
Nilai standarnya 3
• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
a. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
b. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
c. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
d. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
e. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Nilai standarnya 4.
• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
a. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
c. Sering salah membilang dengan urut,
d. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
e. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Nilai standarnya 4.
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
a. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
b. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
d. Kalau berbicara sering gagap/gugup,
e. Suaranya parau/aneh,
f. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
g. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.
Nilai standarnya 5.

9. Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).
a. Bersikap membangkang,
b. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
c. Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
d. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
Nilai standarnya 4.

Sumber : http://www.wonosari.com/sekolah-pendidikan-f67/anak-dengan-kebutuhan-khusus-t6194.htm

Kasus Anak Special Need

Perkenankan saya bercerita sekali lagi mengenai putri saya yang istimewa dalam
hubungannya dengan pendidikan. Mudah-mudahan cerita ini dapat menimbulkan
inspirasi pada teman-teman dalam berhubungan dengan anak-anak yang memiliki
kebutuhan khusus.

Anak saya didiagnosa Crouzon Syndrome pada usia 1,5 tahun oleh seorang dokter
dari Australia (kebetulan dia punya jadwal datang ke Jakarta 2 X setahun).
Perbedaannya sudah langsung tampak sejak lahir. Perbedaan penampilan fisik ini
diiringi pula dengan gejala lain, yaitu matanya mudah lelah dan iritasi,
tidurnya ngorok, sulit menelan makanan, kurang pendengaran, gigi rapuh. Pada
tahun pertamanya fisiknya lemah dan perkembangannya lambat. Dan yang paling
bikin ibunya stress, dia sangat sensitif, mudah menangis dan mengamuk. Kalau
menangis bisa menghabiskan waktu 1 jam tanpa bisa dibujuk, hingga akhirnya
berhenti karena kelelahan.

Setelah pertemuan saya dengan dokter dari Australia itu, diputuskan untuk
dilakukan operasi (rekonstruksi tulang tengkorak kepalanya) untuk menyelamatkan
perkembangan otak dan syaraf matanya, sebab bila tidak, akan mengganggu
perkembangan mental dan penglihatannya .

Pada usia 2 tahun (1996) putri saya di operasi di Women and Children Hospital
Adelaide Australia oleh Dr. David David. Kami berada di sana selama 1 bulan.
Sejauh yang saya tahu, operasi semacam itu belum dapat dilakukan di Indonesia
saat itu.

Terus terang saya sangat terkesan dengan sistem kerja di sana, yang terstruktur
dan melibatkan satu tim yang bekerja sinergi. Bukan hanya kesehatan fisik
pasiennya saja yang diperhatikan, tetapi juga kesehatan mentalnya. Oleh karena
itu peran psikolog dan pekerja sosialnya sangat besar. Mereka juga memberikan
dukungan yang sangat positif terhadap keluarga pasien agar selalu optimis.
Kondisi ini secara tidak langsung juga mendukung pada proses pemulihan anak.

Ini merupakan satu operasi dari serangkaian operasi yang mungkin akan
dihadapinya lagi. Operasi berikutnya baru dapat dilakukan bila anak sudah
berusia remaja. Dari beberapa kasus yang saya ketahui, kasus seperti ini
membutuhkan belasan kali operasi.

Sepulang dari sana, saya diberi PR untuk penanganan anak saya selanjutnya. Putri
saya (karena kurang pendengaran) harus mengikuti terapi bicara untuk
mengembangkan kemampuan komunikasinya, terapi ini dijalani selama 2 tahun,
sempat berhenti karena kondisi sosial politik di Jakarta tidak mendukung
(kebetulan tempat terapinya di Jalan Salemba yang seringkali demo mahasiswa).
Dilanjutkan lagi dengan terapi bahasa 6 bulan sebelum masuk SD.

Selain terapi, dia juga rajin ke dokter karena sering sakit pilek (konstruksi
hidungnya membuat dia gampang sakit dan susah sembuh), rajin ke dokter gigi
karena giginya yang rapuh, gampang bolong meski rajin disikat. Dia juga pakai
kacamata prisma, karena jarak antar matanya yang terlalu jauh menyebabkan otot
matanya bekerja lebih keras untuk melihat jarak dekat (padahal dia senang sekali
membaca, menulis dan menggambar). Saya juga nggak bisa mengharapkan ia makan
banyak, karena kerongkongannya yang kecil menghambat dia makan terlalu banyak.

Untuk masalah fisik, saya tinggal mengikuti panduan dari dokter saja. Namun
untuk masalah konsep diri, sosialisasi dan pendidikannya, keluarganya harus
berperan aktif.

Saya masukkan anak saya ke Kelompok Bermain pada usia 2,5 tahun karena saya
melihat dia sangat tidak percaya diri dan dependen. Saya berharap dia memperoleh
kesempatan bersosialisasi lebih banyak. Sayangnya dia sempat ditolak karena
disangka terbelakang dan kepseknya saat itu khawatir kalau teman-temannya yang
lain akan ketakutan.

Saya sedih sekali saat itu, saya katakan kepada kepala sekolahnya, bahwa saya
tahu benar kalau anak saya tidak terbelakang, dan dia tidak akan mengganggu
teman-temannya (misalnya, memukul), tapi memang anak saya berbeda. Justru di
sini saya berharap dengan keberadaan anak saya tidak hanya menguntungkan anak
saya saja, tapi juga menguntungkan anak lain, karena anak-anak lain menjadi
tahu, bahwa tidak ada orang yang sempurna di dunia ini, dan mereka juga jadi
tahu bagaimana caranya bergaul dengan teman yang memiliki kekurangan atau
keterbatasan tertentu.

Singkatnya akhirnya anak saya sekolah di situ sampai TK-B. Saya sengaja memilih
sekolah dengan kelas kecil (jumlah murid sedikit, hanya 12 orang dengan 1 orang
guru) dengan harapan perhatian guru tidak terlalu terbagi, karena dengan
keterbatasan pendengarannya, guru sering kali harus mengulang instruksi 2 sampai
3 kali pada anak saya (anak saya tidak mau pakai hearing aid karena dirasa
mengganggu).

Selama anak saya TK saya mulai hunting mencari SD yang kira-kira dapat menerima
anak saya dengan kondisinya. Menurut saya anak saya membutuhkan sekolah dengan
metode active learning, jumlah murid sedikit sehingga guru dapat menangani murid
secara individual dan yang terpenting lingkungan sekolah yang kondusif untuk
perkembangan konsep dirinya. Saya juga menghindari sekolah yang menerapkan
sistem seleksi dengan menggunakan tes kecerdasan, karena saya khawatir meski
anak saya berhasil masuk, namun akan mengalami stress karena beban belajar yang
tinggi (biasanya sekolah dengan sistem seleksi ini mengharapkan muridnya relatif
homogen untuk memudahkan penyampaian pelajaran).

Alhamdulillah saya mendapatkan sekolah yang sesuai dengan harapan. Sekolah
sangat welcome dengan anak saya (dan juga anak-anak lain yang mempunyai
kebutuhan khusus). Setelah anak saya mengikuti try out (bukan seleksi, tapi
lebih pada mengetahui sampai sejauh mana kemampuannya), saya bersama suami saya
diundang untuk berdiskusi dengan pihak sekolah.

Pertanyaan awal yang sangat menyentuh saya saat itu adalah ketika pihak sekolah
bertanya, "Apa yang Bapak dan Ibu harapkan dari sekolah untuk perkembangan putri
Bapak dan Ibu?"

Intinya, diskusi kami dengan pihak sekolah membicarakan apa saja yang akan
dilakukan oleh pihak sekolah (berkaitan dengan kebutuhan khusus anak) baik
menyangkut proses belajar mengajar di kelas, sosialisasi dengan teman dan juga
kebutuhan khusus fisiknya (harus gosok gigi setiap selesai makan, dan
sering-sering membersihkan mata), apa yang perlu dilakukan orang tua di rumah,
termasuk juga mempersiapkan kakaknya untuk menerima pertanyaan-pertanyaan dari
teman-temannya mengenai adiknya yang "berbeda". Pokoknya kami membahas segala
hal yang berpeluang menjadi masalah.

Alhamdulillah sekali lagi. Saat ini putri kami sangat bersemangat sekolah,
motivasi belajarnya sangat tinggi, terutama membaca, menulis dan menggambar.
Masih agak pasif dan pemalu, namun dia tidak menolak untuk bergaul dengan teman
yang mengajaknya.

Saya amati dengan metode active learning dan pendekatan anak secara individual
(memperlakukan anak sesuai dengan potensi dan kebutuhan anak), anak saya
memperoleh perkembangan pesat dalam pemahamannya terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Di samping itu keberadaan anak-anak yang berkebutuhan khusus di
sekolah memberikan nilai tambah bagi anak-anak yang lain sehingga dapat
mengembangkan kemampuan empati terhadap temannya.

Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan orang tua yang lain, perkembangan positif ini
tidak hanya dialami anak saya tapi juga anak-anak lain, misalnya, anak Autis,
ADD, ADHD, Asperger, dan lain-lain.

Satu hal yang mungkin agak mengganggu adalah masalah biaya yang tidak sedikit.
Akibatnya tidak setiap anak dapat memperoleh kesempatan menikmati pendidikan
yang baik.

Nggak ada salahnya kalau saya mengulangi lagi, nampaknya perlu dipikirkan cara
lain agar sedapat mungkin banyak sekolah/lembaga pendidikan yang dapat
memberikan kesempatan pada anak-anak baik yang normal maupun yang memiliki
kebutuhan khusus untuk dapat berkembang optimal, baik dari segi kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya.

Sekian dulu

Wassalamu'alaikum WW.



Yeti

Sumber : http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/763

Comtoh anak Down Syndrome

Oleh Kompas.com
Rabu, 28 April 2010 00:00
KOMPAS.com — Setiap orangtua tentu berharap memiliki buah hati yang “sempurna”. Namun, kenyataan tidak selalu memenuhi semua harapan. Ketika si kecil dinyatakan menderita kelainan, seperti cacat, down syndrome atau autisme, tentu ada perasaan sedih dan marah.
Perasaan marah, tidak bisa menerima, bahkan rasa malu mengakui hal itu terjadi di keluarga adalah reaksi yang wajar. Menurut Gobin Vashdew, parenting motivator, reaksi-reaksi tersebut timbul karena kita tidak siap menerima kenyataan yang ada.

“Perasaan down terjadi karena mereka tidak siap. Hal ini bisa menimbulkan stres dan pada kondisi ini tidak mudah untuk melepaskan diri dari stres,” papar penulis buku Happiness Inside ini.

Lebih lanjut, orangtua sering kali merasa tertekan, putus asa, dan kehilangan harapan, terutama saat orangtua membayangkan masa depan sang anak. Kadangkala, perasaan stres ini dapat juga menimbulkan rasa bersalah, terutama di pihak ibu.

Pada tahap depresi ini, orangtua cenderung murung, menarik diri dari lingkungan sosial terdekat, dan kehilangan gairah hidup. “Kebanyakan orang kalau mempunyai emosi tertentu akan dilontarkan atau dipendam sendiri. Padahal, yang benar adalah dilepaskan,” ujar Gobin.

Proses melepaskan diri dari stres atau stres relief memang tak semudah membalikkan telapak tangan. “Kita bisa melakukannya dengan mencoba mengambil hikmah dari setiap kejadian. Setiap orang dilahirkan dengan perannya masing-masing. Mungkin dengan kejadian ini saya diberikan peran sebagai perawat untuk anak saya,” katanya.

Setiap kejadian di dunia ini bersifat netral. Apakah ingin menjadi negatif atau positif, sangat bergantung pada cara kita melihat dan memberikan makna. “Alangkah baiknya kalau kita selalu melihat dari sisi lain,” katanya.

Sebuah kejadian bisa menjadi pintu untuk suatu hal yang luar biasa. Misalnya saja Oprah Winfrey yang mampu bangkit dari trauma pelecehan seksual yang dialaminya. Contoh lain adalah Gayatri Pamoedji, ibu dari remaja penyandang autis yang saat ini dikenal sebagai konselor keluarga dan pembicara di berbagai seminar mengenai anak autis.

Semakin cepat kita berhenti meratapi nasib dan mampu menemukan makna, semakin cepat pula anak mendapat perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya.

“Sedih tidak boleh lama-lama. Ingatlah, anak kita memerlukan tindakan segera. Makin dini anak mendapat terapi dan pendidikan, makin baik tumbuh kembangnya sehingga kelak akan menjadi mandiri tak kalah seperti anak yang normal,” tutur Gayatri dalam sebuah kesempatan.

Sumber : www.kompas.com Rabu, 28 April 2010

Anak Penderita Autis

Hamzah (13), adalah sosok ABK penderita autis tingkat kompleks. Beragam gangguan autis diidapnya. Sementara, pernah sebelum dioperasi katarak, wajahnya sempat benjut-benjut karena sering membentur tembok, tiang, pohon, atau apa pun yang ada di depannya ketika berjalan. Bahkan, sebanyak empat buah kacamata yang harus dipakainya, kandas dirusak olehnya. Pascaoperasi, matanya kini menjadi plus 12, setelah sebelumnya plus 17.

Namun Hamzah—serta Anak-anak Berkebutuhan Khusus/ ABK lain, hari ini dan hari-hari seterusnya, adalah sosok yang selalu menginspirasi kami,

para relawan, terapis, pengurus, termasuk para sahabatnya di Rumah Autis. Perubahan, menuju proses signifikan, sudah dialaminya sejak bergabung dengan Rumah Autis 2006 silam.

“Hamzah memang tergolong penyandang autis tingkat kompleks. Kami membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mengantarkan dia bisa berkembang seperti ini. Tapi terus terang, kami masih perlu waktu atau proses lebih banyak untuk membuat Hamzah lebih baik lagi,” terang Ismunawaroh, Kepala Divisi PAS Rumah Autis.

Empati Media yang Begitu Membantu
Kehadiran anak-anak spesial (ABK) Rumah Autis selalu memunculkan publikasi dari media. Banyak rekan-rekan media yang turut empati mengangkat kisah mereka. Bagi kami, ini adalah panggilan jiwa rekan-rekan jurnalis yang kritis terhadap segala jenis ketidakberdayaan sosial, termasuk untuk urusan ABK ini. Dan, kami berupaya melakukan sosialisasi kepada media secara proporsional; hati-hati dan takut terjebak pada kata ‘eksploitasi’. Sebab kami bertujuan merangkul publik melalui cara natural, tidak mengada-ada dan apa adanya. Harapannya, agar masyarakat memiliki perhatian khusus terhadap kalangan penyandang ABK dari segala lapisan, terutama dari kalangan kurang mampu.

Rosi Incorporate Ikut Berjibaku

Berkat inspirasi dari Hamzah & anak spesial kami yang lain, Rumah Autis akhirnya mendapat kesempatan berharga dikunjungi oleh tim media Rosi Incorporate. Rosi Incorporate sendiri merupakan lembaga profesional berbidang media dan konsultan besutan mantan presenter senior Liputan 6 SCTV Rosiana Silalahi. Pada kesempatan tersebut, Mbak Rosi, begitu kami menyapanya, di hari pertama juga turun ke lapangan menyaksikan peliputan features sosok Hamzah dan anak-anak ABK Rumah Autis.

Melalui serangkaian peliputan selama dua hari, Rabu (16/12)—Kamis (17/12), tim peliput yang terdiri dari reporter kawakan Olivia Rosilia dan juru kamera andalan Andi Patra, serta tim pendukung lainnya, sukses melakukan ‘eksekusi’ pembuatan profil Hamzah dan Rumah Autis.

Hari pertama, Rabu (16/12), liputan difokuskan pada penggarapan profil Hamzah dan Rumah Autis. Pagi-pagi sudah tim Rosi Inc. ngegeruduk ke rumah Hamzah, untuk mengambil sequences Hamzah pulang-pergi, serta saat belajar di Sekolah Khusus Alkayyisa, Rumah Autis Bekasi.

Sementara hari kedua, Kamis (17/12), bertepatan dengan agenda Outing Rumah Autis di Kandank Jurank Doank, Ciputat, tim peliput berhasil mengawal acara sejak kedatangan hingga pulang. Jungkir balik meliput outbond anak-anak spesial benar-benar memeras kepala dan tentunya, fisik Olivia dan Andi. Mungkin beda dari yang biasa; selalu jadi satu antara emosi empati, tawa, bahkan haru. Semoga tugas mereka kali ini menjadi pengalaman yang berkesan. Kami menyaksikan, mereka benar-benar serius dan bekerja keras. Pendapat kami, hanya orang-orang media berjam-terbang tinggilah yang terbiasa melakukannya.

Akan Tayang di SCTV
Menurut Rosiana Silalahi, setelah kami konfirmasi melalui Oliv, panggilan akrab Olivia Rosalia, hasil liputan ini akan tayang di SCTV. Hanya belum bisa ditentukan waktunya.

“Ini akan menjadi program features dengan format semacam talkshow. Cuma waktu tayang belum bisa ditentukan karena proses produksi. Semoga isu tentang autisma ini menjadi tema awal yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat,” singkat Oliv menambahkan.

Rumah Autis merasa sangat berterimakasih sekali atas partisipasi dan kerja keras tim media dari Rosi Inc. Jibaku mereka tentu sangat berarti bagi kami yang terus berupaya menyebarkan isu tentang dunia ABK ke tengah masyarakat luas. Dengan demikian, peran Rumah Autis serta lembaga pemerhati ABK lainnya dapat direspons dan didukung oleh banyak pihak. (PR)

sumber: http://rumahautis.org/v2/

Anak Autis

Melihat Fadhil bercanda dengan air dalam kolam renang hingga mampu berenang di kedalaman lebih dari satu meter, siapapun tak akan menyangka jika bocah berusia tujuh tahun tersebut menderita autis. Rizki Fadhila, demikian nama lengkap putra dari Lolyta ini, sebetulnya sudah disadari kondisinya yang berbeda dengan anak seusianya oleh sang ibu sejak berusia satu tahun.

“Pertama-tama lihat perkembangannya, waktu saya lihat cara dia kontak mata dan bersosialisasi, saya merasa ia mengalami autis. Itu saya rasakan waktu ia berusia satu tahun,” ujar Lolyta.

Ketika diperiksakan ke dokter, dua dokter menyatakan bahwasanya Fadhil mengalami hiperaktif sedangkan seorang dokter menyatakan bahwa putranya mengidap autis. Penasaran, Lolyta pun membawa putranya ke Jakarta untuk diperiksa lebih insentif.

Hasilnya, Fadhil yang saat itu sudah berusia 2,5 tahun memang dinyatakan mengalami autis. Lolyta pun kemudian membawa Fadhil pulang sembari membawa home program.

“Saya start mengadakan terapi di rumah untuk Fadhil saat ia sudah berusia tiga tahun. Untuk urusan bersosialisasi Fadhil, saya dulu juga sempat menyekolahkannya selama tiga tahun di playgroup,” terang wanita yang akhirnya memilih menghentikan karirnya untuk lebih fokus merawat Fadhil.

Menurut Lolyta, Fadhil hingga kini memang terlihat lebih cepat belajar di bidang fisik dan emosi. Misalnya saja untuk berenang, Fadhil membutuhkan waktu tiga bulan untuk bisa belajar berenang. Beberapa patah kata sudah bisa diucapkannya. Tingkahnya pun tidak begitu atraktif.

Peran Lolyta emang tidak setengah-setengah. Fadhil selalu berada dalam pendampingan serta pengawasannya baik dalam tingkah laku hingga pola makan. “Setiap anak autis memang punya pantangan makanan yang berbeda-beda. Kalau dilanggar, biasanya tingkahnya jadi lebih atraktif saja,” imbuh Lolyta.

Selain home program di rumah, Fadhil juga diikutkan terapi di Rafelita dengan jenis terapi okupasi, sensori integritas, dan wicara. Rencananya ke depan, Fadhil akan diikutsertakan terapi musik juga di Merrys College.

Sedangkan untuk sosialiasi Fadhil di lingkungan masyarakat, Lolyta rutin mengajak Fadhil untuk berjalan-jalan ke tempat ramai. “Dia juga main sepeda, skuter, dan berenang,” ujar Lolyta. (ika)

Ajarkan Anak Bertepuk Tangan

Sudah sejak lama orang mengenal musik. Tidak hanya sekedar hiburan, musik pun mampu menjadi sarana penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit atau ingin memperoleh peningkatan kualitas dan kemampuan diri.

Di Merrys College sendiri, musik dihadirkan tidak hanya sebagai peningkatan kemampuan anak dalam hal bermain musik. Selain itu, musik pun digunakan sebagai sarana terapi bagi anak yang mengalami gangguan.

“Terapi musik ini dapat digunakan oleh anak-anak yang mengalami gangguan seperti gangguan motorik, konsentrasi, atau bahasa. Prosesnya ada pada fungsi yang dinamakan FMRI atau Functional Magnetic Resonance Imaging dan terdapat di sel otak,” ujar Agung B Siregar, pengajar yang ada di Merry College.

Aktivitas sel otak ini dapat terdeteksi melalui adanya perubahan tekanan dalam darah atau emotion really. Caranya, anak yang mengalami gangguan diberikan rangsangan berupa satu bunyi tak beraturan, dua suara, dan nada harmonis.

Sementara itu dalam sistem kecerdasan otak, bagian belahan otak kiri adalah bagian yang mengatur beberapa bidang seperti kreatifitas dan abstraksi musik. Dengan adanya terapi musik ini akan mampu mengembangkan otak kiri hingga otak bagian kanan yang terdapat hipotalamus yaitu sebagai pusat respon emosi.

“Perubahan seorang anak sebagai respon dari terapi musik ini bisa diketahui dari perubahan detak irama jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh,” imbuh Agung.

Dalam terapi musik itu sendiri, anak-anak dikenalkan dengan Snow Silence Methode yang terdiri dari kegiatan mendengar, mengikuti tempo atau beat musik yang disesuaikan dengan gerak irama tubuh, analog detak jantung yang kegiatannya berupa tepuk tangan, gerak kepala, dan anggota badan bagian atas.

Lantas sejak kapan anak yang mengalami gangguan tersebut dikenalkan dengan terapi musik, “Kalau bisa sedini mungkin,” sahut Agung. Yaitu, saat anak terdeteksi mengalami gangguan, mulai kenalkan ia dengan terapi musik tersebut.

Sumber :www.ikapunyaberita.wordpress.com

Kisah nyata Charles

“Tuhan menyelamatkan Autis Lewat Colostrum”

Bermula dari demam panas yang tinggi saat umum 9 bulan, Novi (4) harus berhubungan dengan dokter berbilang tahun lamanya. Bila kejang, bisa 10 sampai 20 kali sehari dengan waktu setengah hingga satu jam setiap kali step. Mata mendelik, seluruh tubuhnya kaku dan nafaspun tersengal sengal dengan detak jantung yang tinggi. dia tersiksa sekali. Semua dokter menyatakan Novi mengidap gejalan epilepsi. Namum saat umur setahun dokter memvonis Novi mengidap autis. dia tidak bisa bicara, cuek, bila dipanggil diam saja, tidak peduli dnegan siapapun, termasuk lingkungan, hiper aktif tanpa terkendali dan liar. Sejak itulah dunia seperti kiamat. Berbagai pengobatan dan terapi telah kami jalani, menghabiskan dana yang tidak sedikit, namun tidak berhasil. Hingga akhirnya Tuhan menyelamatkan masa depan anakku lewat Colostrum. Kata Charles Hutamale. Berikut Adalah kisahnya….

Novi lahir 10 Nopember 1999 di Surabaya sebagai anak sulung dari 2 bersaudara pasangan keluarga Charles Hutamale (30) dan Ny Ling Ling (24). Saat hamil hingga melahirkan bahkan samai umur 9 bulan, smua berjalan normal. kata Ny Ling Ling. Umur 9 bulan itulah setelah menjalani imunisasi DPT lewat seorang dokter, malam harinya sekitar puluk 24.00 anak saya langsung step, kejang kejang tak sadarkan diri. Kami bwa ke rumah sakit malam itu juga ditangani dokter. Waktu itu kami masih menetap di Surabaya. kata Charles, warga Taman Modern Cakung Jakarta Timur itu.

Menurut Charles, selain infus, diambil sum-sum tulang belakang, kepalanya juga discan dan EEG untuk mengetahui penyakitnya, disamping diberi obat panas dan anti kejang. Sekita pukul 07.00 pagi Novi siuman, namun masih menjalnai perwatan dokter menyatakan anak saya mengidap epilepsi, sehingga harus mengkonsumsi obat terus menerus. kata Charles

Tiga bulan kemudian Novi kejang lagi. Kali ini lebih parah. Sejak itulah Novi menjadi langganan rumah sakit. bila kambuh bisa 10 hari berturut turut dalam seharinya berkisar 10 hingga 20 kali kejang dengan waktu setengah hingga satu jam. dia ditangani langsung oleh dokter ahli saraf dan spesialis anak

DISELAMATKAN COLOSTRUM
Dalam keadaan normal, lanjut sang ayah, anaknya hiper aktif dan liar tanpa terkendali. Kalau dikasih tahu, langsung mengamuk dan marah. Saat itulah dokter memvonis anak saya menderia autis. Berbagai pengobatan medis dan terapi kami jalani. Namun hasilnya tidak memuaskan. Begitu juga pengobatan alternatif di berbagai pelosok tanah air, juga telah kami ikuti. Namun kondisi anak saya tidak membaik juga. Hingga hampir tiap malam saya dan istri merenung dan menangis atas cobaan yang menimpa kami. Kami sempat stres berat bahkan putus asa’ kata Charles
Hingga akhirnya awal Pebruari 2004 seorang keluarga menganjurkan Novi minum Kolostrum. Haislnya sebulan pertamam minum Kolostrum nampak perubahan nyata. Daya ingatnya baguns, daya tahan tubuhnya juga meningkat, terbukti jarang kejang. Selain itu dia mulai mau bicara, tidak liar dan menurut bila diberi tahu sesuatu. kata Ny Ling Ling

Sejak itulah kami makin diintensifkan minum kolostrum. Makin bulan makin terlihat perbaikan yang nyata. Anak saya tidak cuek lagi, lancar bicara dan daya nalarnya juga bagus.
Lebih dari itu, anak saya malah terlihat lebih cerdas dan sehat. Terima kasih tuhan yang telah membukakan jalan kesembuhan untuk anak saya lewat Kolostrum. Kata Charles Bahagia.

Sumber:www. iggplussusuajaib.multiply.com